STUDI PEMIKIRAN K.H.MUNTAHA AL
HAFIDZ

Oleh:
1.
Ahmad
Zudin
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER
PENDIDIKAN ISLAM
Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ)
Jawa Tengah di Wonosobo
2016
Bab i
pendahuluan
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki
manusia,oleh sebab itu baik pemerintah maupun
organisasi kemasyarakatan sangat menekankan pada dunia pendidikan,salah satunya
adalah NU.NU adalah jam’iyah dinniyah Islamiyah (organisasi keagamaan Islam)
yang didirikan disurabaya pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M,berakidah
Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah dan menganut salah satu madzhab
empat:Hanafi,Maliki,Syafi’I dan Hanbali.[1]
Nahdlatul Ulama (NU) tetap merupakan komunitas Islam yang sangat fenomenal dan
selalu menarik untuk diamati dan dikaji.Keberadaan sebagai komunitas muslim
yang secara budaya sangat mengakar di bumi Nusantara ini dengat kuantitasnya
yang diklaim banyak dan memang nyata, dan budaya komunitasnya yang menunjukan
watak komunitas tradisional dengan pola hubungan kiai/tokoh-santri/masyarakat
yang patron-klien,menjadikan banyak kepentingan politik tingkat negara yang
berambisi untuk mendekati dan menggarapnya sebagai komoditas politik.[2]
Sebelum
menggambarkan bagaimana karakteristik gerakan nahdlotul Ulama (NU)
progresif,perlu terlebih dahulu diketahui bagaimana sosok awal komunitas
ini.Basis NU adalah pesantren suatu lembaga pendidikan yang dikelola untuk mengembangkan
dan mewariskan ajaran ahlussunah wal jama’ah(aswaja) dengan penekanan pada metode pendidikan yang
tradisional berupa pengulangan dan memorisasi sumber-sumber ajaran agama yang
menjadi standarnya. Salah satu sumber literaturnya yang sangat menonjol adalah
kitab kuning,yakni buku-buku yang berbahsa arab karya para penulis muslim
periode pertengahan.[3]
Unsur-unsur pokok yang ada
dipesantren adalah:
1.
Aktor atau pelaku :kiai, ustad, santri dan pengurus.
2.
Sarana perangkat keras:masjid,rumah kiai,rumah/asrama
ustad,pondok/asrama santri,gedung sekolah/madrasah,tanah untuk berolah
raga,pertanian atau peternakan,empang,makam dan sebagainya.
3.
Sarana perangkat lunak:tujuan ,kuirikulum,kitab,penilian,tata
tertib,perpustakaan,pusat dokumentasi dan penerangan cara pengajaran(sorogan,bandongan,dan
halaqoh ).[4]Pendidikan
Islam aka menghadapi tantangan seiring dengan dinamika yang terjadi pada
tingkat regional,nasional bahkan internasional.[5]
Banyak ulama-ulama
NU yang menjadi pelopor dan hidupnya dihabiskan untuk dunia pendidikan slah
satunya adalah K.H.Mutha Al hafidz.K.H.muntaha Al hafidz adalah seorang kiai
besar yang semasa hidupnya telah berjasa kepada masyarakat luas,bukan hanya di
Wonosobo dan sekitarnya,tetapi juga diseluruh Indonsia.bahkan gagasannya
membuat mushaf Al-Qur’an Akbar telah membuat nama PP.Al Asy’ariyah yang dia
dirikan menjadi terkenal diseluruh dunia.[6]
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan
diantaranya:
1.
Bagaimanakah Kehidupan K.H. muntaha Al Hafizd ?
2.
Bagaimanakah pemikiran K.H. muntaha Al Hafizd terhadap pendidikan?
C.
Tujuan
Dari
rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui kehidupan
K.H. muntaha Al Hafizd.
2. Untuk mengetahui pemikiran
K.H. muntaha Al Hafizd terhadap pendidikan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kehidupan KH.Muntaha Al Hafizd
1. Biografi KH.
Muntaha Al Hafizd.
K.H. muntaha Al Hafizd (yang masyhur
dengan panggilan akrab Mbah Mun atau Mbah Muntaha) lahir di kalibeber kecamatan
Mojotengah,kabupaten Wonosobo.Tentang kapan tepatnya mbah Mun lahir,ada
beberapa sumber dan informasi yang berbeda.pertam,ada yang mengatakan
K.H muntaha lahir pada tahun 1908.kedua,ada pula yang menyatakan bahwa
K.H muntaha lahir pada tahun 1912.Menurut informasi berdasarkan dokumentasi
yang tertera dalam KTP/Paspor dan surat-surat keterangan lainnya,mbah Muntaha
lahir pada tanggal 9 juli 1912. Ibunda Kiai Muntaha adalah Nyai
Hj.Safinah,sedangkan ayahandanya adalah K.H. Asy’ari.[7]
Sejak kecil hingga menginjak dewasa,kiai
muntaha menimba banyak ilmu pengetahuan dari sejumlah kiai pesantren.KH.Muntaha
Al Hafizd pertama kali memperoleh pendidikan,tidak lain dari ibunya sendiri
yaitu Nyai Hj.Safinah.Disamping memperoleh pendidikan dari ibunya,KH.Muntaha
kecil juga memperoleh pelajaran agama Islam dari sang ayah,yaitu KH.Asy’ari.[8]
3.
Pendidikan KH.Muntaha Al Hafizd.
Sema muda,Kiai Muntaha menuntut ilmu di beberapa pesantren.Pesantren
tempat kiai Muntaha menuntut ilmu diantaranya adalah:
a. Madrasah Darul Ma’arif
Banjarnegara.
Mula-mula KH.Muntaha memperoleh pengetahuan dasar keagamaan di
pesantrennya sendiri,kemudian dikirim oleh ayahnya untuk belajar di madrasah
Darul Ma’arif Banjarnegara. Madrasah
Darul Ma’arif Banjarnegara pada masa itu
merupakan lembaga pendidikan islam yang diasuh oleh KH.fadlullah seorang ulama
yang berasal dari singapura. Madrasah Darul Ma’arif Banjarnegara pada masa itu merupakan lembaga
pendidikan Islam modern yang memberlakukan system pengajaran secara
klasikal.Pengalaman menerima pendidikan di banjarnegara ini kelak mengilhami
gerak langkah Kiai Muntaha dalam mendirikan sekolah-sekolah formal di pesantren
Kalibeber.Sistem pndidikan yang berlakukan di Darul Ma’arif Banjarnegara sangat
berkesan dalam diri Kiai Muntaha sihingga sekolah-sekolah formal formal yang
didirikan Kiai Muntaha meniru model atau system pendidikan yang diberlakukan di
Darul Ma’arif banjarnegara.[9]
b.
Pesantren Kauman Kaliwungu Kendal.
Selepas memenmpuh pendidikan di Banjarnegara KH.Muntaha melanjutkan
pendidikan Tahfizdul Qur’an di pondok pesantren Kauman kaliwungu Kendal kepada
KH.Ustman,seorang ulama hafizd Al Qur’an.Dipesantren Kaliwungu inilah
KH.Muntaha dapat menyelesaikan hafalan Al Qur’an dalam usia 16 tahun.Pondok
pesantren kauman kaliwungu Kendal merupakan pondok pesantren besar diwilayah
kabupaten Kendal yang lebih menekankan pendidikan tentang keagamaan lewat
pengajian kitab-kitab kuning dan kajian Al Qur’an secara intensif.[10]Sehingga
PP Al Asy’ariyah pun system pengajian kitab kuning maupun pendidikan menghafal
Al Qur’an banyak mengadopsi metode dari pondok kaliwungu tersebut.[11]
c. Pesantren Krapyak
Yogyakarta
Selepas belajar di pondok pesantren Kaliwungu,KH.Muntaha meneruskan
pendidikannya di pondok pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta.Di Krapyak
KH.Muntaha mendalami Ulumul Qur’an kepada KH.Munawir.seorang yang dikenal
sangat Alim dalam bidang kajian Al Qur’an.
c. Pesantren Tremas (Pacitan Jawa Timur)
Dari pesantern Krapyak KH. Muntaha melanjutkan pendidikannya di
Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur.Di Pesantren Tremas KH.Muntaha mendalami
ilmu-ilmu agama kepada KH.Dimyati.KH.Dimyati adalah adik kandung dari Syaikh
mahfudz at Tirmasi,seorang ulama Indonesia yang sangat terkenal di Mekah. Syaikh
mahfudz at Tirmasi sangat terkenal karena banyak menulis karya berbagai kajian
agama Islam dalam bahasa Arab dan diterbitkan di Timur Tengah,seperti Minhaju
Dzawin Nadhar,syarah Bafadhal,Siraj ath thalibin,dll.KH.Dimyati sebagaimana
Syaikh Mahfudz at Tirmasi,adalah ulama ahli hadits.maka sangat mungkin selam di
pesantren Tremas Kiai Muntaha mengambil spesialisasi kajian Hadits,disamping
kajian ilmu-ilmu lainnya seperti fiqih,ilmu alat dan juga ilmu-ilmu Al
Qur’an.KH.Muntaha baru pulang kampung setelah berkelana dari pesantren yang
satu ke pesantren lain pada tahun 1950.Setelah pulang kampung,Kiai Muntaha
meneruskan kepemimpinan ayahnya dalam mengembangkan Pesantren Al Asy’ariyah di
desa kelahirannya,kalibeber,Wonosobo.[12]
B. Kiprah Pemikiran
KH.Muntaha Al Hafidz.
KH.Muntaha Al Hafidz memiliki banyak strategi dan langkah untuk
memajukan pesantren yang telah didirikan kakek buyutnya KH.Muntaha I
(KH.Muntaha bin Nida Muhamammad).Lewat berbagai ide segar dan inovatif,secara
bertahap Pesantren Al Asy’ariyah dikelola dan dikembangkan kiai Muntaha sesuai
dengan tuntutan zaman.Setelah menerapkan sejumlah inovasi,Pesantren al
Asy’ariyah memang berkembang sangat pesat dimasa kepemimpinan Kiai Muntaha.Para
santri berdatangan dari berbagai wilayah.[13]
1. Ide di Bidang Pendidikan
Pendidikan yang
menjadi bidang perjuangan KH.Muntaha terwujud dalam pengembangan sistem
pendidikan pesantren dan lembaga pendidikan formal.Keberhasilan perjuangan
KH.Muntaha dalam mengembangkan pendidikan pesantren saat ini bisa dilihat pada
perkembangan pesat lembaga-lembaga pendidikan yang ada dibawah naungan Yayasan
Al Asy’ariyah diantaranya: Taman Kanak-kanak(TK) Hj.Maryam,Madrasah Diniyah
Wustho,Madrasah Diniyah’Ulya,Sekolah madrasah Salafiyah Al Asy’ariyah,Tahfidzul
Qur’an,SD Takhasus Al Qur’an,SMP Takhasus Al Qur’an,SMA Takhasus Al Qur’an,SMK
Takhasus Al Qur’an dan Universitas Sains Al Qur’an(UNSIQ).
2. Ide di Bidang Dakwah.
Kiai Muntaha juga
banyak menetaskan ide-ide untuk pengembangan dakwah Islam.Salah satu idenya
adalah pembetukan organisasi Korps Dakwah Santri (KODASA).Korp ini merupakan
wadah bagi aktivitas santri pondok Pesantren Al Asy’ariyah dalam mensyiarkan
Islam.Adapun aktivitas KODASA meliputi kegiatan pengembangan :
a). Qira’ah Al Qur’an
b). Bacaan Shalawat
c). Khitabah dengan
menggunakan 4 (empat) bahasa yakni :bahasa Arab,Inggris,Indonesia dan Jawa.
d). Qasidah dan rebana yang merupakan kesenian
bernuansa Islami.
Sementara itu ide lain
Kiai Muntaha adalah membentuk yayasan Jam’iyatul Quro wa Dirosatil
Islam.Lembaga ini merupakan jam’yah yang berusaha mengembangkan nilai-nilai Al
Qur’an ditengah masyarakat luas.[14]
3. Ide di Bidang Kesehatan
Ide-ide Kiai Muntaha
merambah pada bidang kesehatan,salah satu implementasi dari ide dan
pemikirannya dalam bidang kesehatan diwujudkan dengan memparakarsai berdirinya
lembega pendidikan Akademi Keperawatan(AKPER).Akper ini sekarang ada di
lingkungan Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) dan memiliki nama resmi AKPER
UNSIQ.Kiai Muntaha juga berhasil mewujudkan berdirinya poliklinik di lingkungan
pesantren Al Asy’ariyah yang diberi nama Poliklinik Hj.Maryam.Kiai Muntaha juga
telah merintis dan mendirikan balai kesehatan di Tieng,Kejajar pada
tahun1986.Kiai Muntaha juga termasuk salah seorang dari pendiri Rumah sakit
Islam (RSI)kabupaten Wonosobo.[15]
4. Ide di Bidang Penyebaran
Nilai-nilai Al Qur’an.
Kecintaan Kiai Muntaha
terhadap al Qur’an tidak hanya diwujudkan dengan menghafalkannya di luar kepala
saja,melainkan diwujudkan pula olehnya dengan berupaya mensosialisasikan
nilai-nilai Al qur’an pada masyarakat luas.Karena kecintaan yang begitu besar
terhadap Al Qur’an inilah,banyak ide dan pemikiran yang ia implementasikan
untuk penyebaran nilai-nilai ajaran Al Qur’an.Kia Muntaha sendiri pernah
membentuk “Tim Sembilan” untuk menyusun tafsir Al Maudhu’I,sebuah tafsir Al
Qur’an tematik sesuai dengan tema yang aktual.Kia Muntaha juga tak melupakan
pengembangan Al Qur’an dibidang seni.Implementasi dibidang seni terutama seni
kaligrafi diwujudkannya dalam gagasan spektakuler berupa penulisan “Mushaf Al
Asy’ariyah” (mushaf Al Qur’an Akbar).[16]
5. Ide Tenang Toleansi.
KH. Muntaha adalah
tokoh dan figur pemimpin yang patut untuk menjadi teladan.Sekalipun KH.Muntaha
tokoh yang berpegang teguh kepada ajaran NU yaitu Ahli Sunnah wal Jama’ah,akan
tetapi Kiai Muntaha memiliki jiwa yang toleran dan tidak fanatik buta.Dengan
para tokoh organisasi Muhamadiyah Kiai Muntaha memiliki hubungan yang
baik,walau dala hal pengamalan keagamaan berbeda tetapi hubungan social dan
silaturahim tetap terjalin dan terjaga dengan baik.Himbauan dan ajakan Kiai
Muntaha tersebut bisa diuraikan sebagai berikut :
a). Umat Islam
hendaknya tidak memperuncing masalah khilafiyah.
b). Umat Islam atau
tokoh-tokohnya hendaknya meninggalkan perbuatan-perbuatan atau ucapan-ucapan
yang dapat menyinggung perasaan umat Islam secara luas.[17]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
K.H. muntaha Al
Hafizd (yang masyhur dengan panggilan akrab Mbah Mun atau Mbah Muntaha) lahir
di kalibeber kecamatan Mojotengah,kabupaten Wonosobo.Tentang kapan tepatnya
mbah Mun lahir,ada beberapa sumber dan informasi yang berbeda.pertam,ada
yang mengatakan K.H muntaha lahir pada tahun 1908.kedua,ada pula yang
menyatakan bahwa K.H muntaha lahir pada tahun 1912.Menurut informasi
berdasarkan dokumentasi yang tertera dalam KTP/Paspor dan surat-surat
keterangan lainnya,mbah Muntaha lahir pada tanggal 9 juli 1912. Ibunda Kiai
Muntaha adalah Nyai Hj.Safinah,sedangkan ayahandanya adalah K.H. Asy’ari.Pendidikan
KH.Muntaha Al Hafizd.Sema muda,Kiai Muntaha menuntut ilmu di beberapa
pesantren.Pesantren tempat kiai Muntaha menuntut ilmu diantaranya adalah:
1.Madrasah Darul Ma’arif Banjarnegara.
Mula-mula
KH.Muntaha memperoleh pengetahuan dasar keagamaan di pesantrennya
sendiri,kemudian dikirim oleh ayahnya untuk belajar di madrasah Darul
Ma’arif Banjarnegara. Madrasah Darul
Ma’arif Banjarnegara pada masa itu
merupakan lembaga pendidikan islam yang diasuh oleh KH.fadlullah seorang ulama
yang berasal dari singapura.
2. Pesantren Kauman
Kaliwungu Kendal.
Selepas memenmpuh pendidikan di Banjarnegara KH.Muntaha melanjutkan
pendidikan Tahfizdul Qur’an di pondok pesantren Kauman kaliwungu Kendal kepada
KH.Ustman,seorang ulama hafizd Al Qur’an.Dipesantren Kaliwungu inilah
KH.Muntaha dapat menyelesaikan hafalan Al Qur’an dalam usia 16 tahun.
3. Pesantren Krapyak
Yogyakarta
Selepas belajar di pondok pesantren Kaliwungu,KH.Muntaha meneruskan
pendidikannya di pondok pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta.Di Krapyak
KH.Muntaha mendalami Ulumul Qur’an kepada KH.Munawir.seorang yang dikenal
sangat Alim dalam bidang kajian Al Qur’an.
4. Pesantren Tremas (Pacitan
Jawa Timur)
Dari pesantern Krapyak KH. Muntaha melanjutkan pendidikannya di
Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur.Di Pesantren Tremas KH.Muntaha mendalami
ilmu-ilmu agama kepada KH.Dimyati.
KH.Muntaha Al Hafidz memiliki banyak strategi dan langkah untuk
memajukan pesantren yang telah didirikan kakek buyutnya KH.Muntaha I
(KH.Muntaha bin Nida Muhamammad).Lewat berbagai ide segar dan inovatif,secara
bertahap Pesantren Al Asy’ariyah dikelola dan dikembangkan kiai Muntaha sesuai
dengan tuntutan zaman.
1. Ide di Bidang
Pendidikan
Pendidikan yang menjadi bidang perjuangan KH.Muntaha terwujud dalam
pengembangan sistem pendidikan pesantren dan lembaga pendidikan
formal.Keberhasilan perjuangan KH.Muntaha dalam mengembangkan pendidikan
pesantren saat ini bisa dilihat pada perkembangan pesat lembaga-lembaga
pendidikan yang ada dibawah naungan Yayasan Al Asy’ariyah diantaranya: Taman
Kanak-kanak(TK) Hj.Maryam,Madrasah Diniyah Wustho,Madrasah Diniyah’Ulya,Sekolah
madrasah Salafiyah Al Asy’ariyah,Tahfidzul Qur’an,SD Takhasus Al Qur’an,SMP
Takhasus Al Qur’an,SMA Takhasus Al Qur’an,SMK Takhasus Al Qur’an dan
Universitas Sains Al Qur’an(UNSIQ).
2.Ide di Bidang
Dakwah.
Kiai Muntaha juga banyak menetaskan ide-ide untuk pengembangan dakwah
Islam.Salah satu idenya adalah pembetukan organisasi Korps Dakwah Santri
(KODASA).Korp ini merupakan wadah bagi aktivitas santri pondok Pesantren Al
Asy’ariyah dalam mensyiarkan Islam.Adapun aktivitas KODASA meliputi kegiatan
pengembangan :
a). Qira’ah Al Qur’an
b). Bacaan Shalawat
c). Khitabah dengan
menggunakan 4 (empat) bahasa yakni :bahasa Arab,Inggris,Indonesia dan Jawa.
d). Qasidah dan rebana
yang merupakan kesenian bernuansa Islami.
Sementara itu ide lain
Kiai Muntaha adalah membentuk yayasan Jam’iyatul Quro wa Dirosatil Islam.Lembaga
ini merupakan jam’yah yang berusaha mengembangkan nilai-nilai Al Qur’an
ditengah masyarakat luas.[18]
3. Ide di Bidang Kesehatan
Ide-ide Kiai Muntaha merambah pada bidang kesehatan,salah satu
implementasi dari ide dan pemikirannya dalam bidang kesehatan diwujudkan dengan
memparakarsai berdirinya lembega pendidikan Akademi Keperawatan(AKPER).Akper
ini sekarang ada di lingkungan Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) dan memiliki
nama resmi AKPER UNSIQ.Kiai Muntaha juga berhasil mewujudkan berdirinya poliklinik
di lingkungan pesantren Al Asy’ariyah yang diberi nama Poliklinik
Hj.Maryam.Kiai Muntaha juga telah merintis dan mendirikan balai kesehatan di
Tieng,Kejajar pada tahun1986.Kiai Muntaha juga termasuk salah seorang dari
pendiri Rumah sakit Islam (RSI)kabupaten Wonosobo.
4. Ide di Bidang Penyebaran
Nilai-nilai Al Qur’an.
Kecintaan Kiai Muntaha terhadap al Qur’an tidak hanya diwujudkan dengan
menghafalkannya di luar kepala saja,melainkan diwujudkan pula olehnya dengan
berupaya mensosialisasikan nilai-nilai Al qur’an pada masyarakat luas.
5.Ide Tenang Toleansi.
KH. Muntaha adalah tokoh dan figur pemimpin yang patut untuk menjadi
teladan.Sekalipun KH.Muntaha tokoh yang berpegang teguh kepada ajaran NU yaitu
Ahli Sunnah wal Jama’ah,akan tetapi Kiai Muntaha memiliki jiwa yang toleran dan
tidak fanatik buta.Himbauan dan ajakan Kiai Muntaha tersebut bisa diuraikan
sebagai berikut :
a). Umat Islam
hendaknya tidak memperuncing masalah khilafiyah.
b). Umat Islam atau
tokoh-tokohnya hendaknya meninggalkan perbuatan-perbuatan atau ucapan-ucapan
yang dapat menyinggung perasaan umat Islam secara luas.[19]
DAFTAR
PUSTAKA
1.Ahmad Zahro,Tradisi
Intlektual NU,(Yogyakarta:LKiS Yogyakarta,2004),
2.Laode Ida,NU MUDA:kaum progresif dan sekularisme baru,(Jakarta:Erlangga,2004)
3.M.Nur Kholis
Setiawan,Menata Yang terserak,(Yogyakarta:Kaukaba Dipantara,2015)
4.Samsul Munir, K.H.Muntaha Al Hafizd Pecinta Al qur’an sepanjang
hayat, ( Yogyakarta:pustaka pesantren kelompok penerbit LKiS,2010)
[4] Ahmad Zahro,Tradisi
Intlektual NU,(Yogyakarta:LKiS Yogyakarta,2004),hal 26-27
[6] Samsul Munir, K.H.Muntaha
Al Hafizd Pecinta Al qur’an sepanjang hayat, ( Yogyakarta:pustaka pesantren
kelompok penerbit LKiS,2010) hal xv
[7] Samsul Munir, K.H.Muntaha
Al Hafizd Pecinta Al qur’an sepanjang hayat, ( Yogyakarta:pustaka pesantren
kelompok penerbit LKiS,2010) hal 27-28
0 komentar:
Posting Komentar