MADRASAH
DI MASA NOW
Pembelajaran
merupakan kegiatan inti dan utama dari proses pendidikan karena pembelajaran
itu memang yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik, yang manifestasinya berupa perubahan tingkah laku dan
pembentukan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran menjadi
masalah pokok dalam kehidupan umat manusia, sebab hampir semua perbuatan dan
perkembangan manusia terjadi karena pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses atau ihtiar untuk
memperoleh pengetahuan (knowledge),
keterampilan hidup (life skill), dan
sikap (attitude). Pembelajaran itu
sendiri merupakan perbuatan yang disengaja untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Proses belajar-mengajar itu bersifat kompleks,karena didalamnya
didaktis-pedagogis pada pihak guru dan kegiatan belajar pada pihak siswa saling
berinterkasi.Siswa masuk sekolah untuk belajar dan tenaga pengajar mendampingi
serta menuntun siswa dalam mempelajari pelajaran tertentu, melalui suatu proses
belajar demi mencapai suatu hasil yang Nampak dalam prestasi belajar siswa.[1] pembelajaran
tersebut dihayati oleh masing-masing pribadi peserta didik yang berbeda-beda,
di mana ada yang dengan mudah dan cepat mencerna, tetapi ada pula yang
mengalami kesukaran dalam prosesnya, yang kesemuanya menjadi penyebab perbedaan
prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil yang telah di capai atau
sebagai bukti dari usaha yang dapat dicapai seseorang alam belajarnya dan
menjadi derajat keberhasilan yang dimiliki oleh setiap pelaku pendidikan,
terutama peserta didik di sekolah-sekolah formal.
Keberhasilan prestasi
belajar siswa merupakan hasil dari berbagai bentuk interaksi yang disengaja
(interaksi edukatif). Interaksi
Edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan
pendidikan dan pengajaran.[2]
Oleh karena itu, interaksi edukatif perlu dibedakan dari bentuk interaksi yang
lain. Dalam arti yang spesifik pada
bidang pendidikan juga dikenal adanya istilah interaksi belajar mengajar.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu ditegaskan bahwa prinsip mengajar adalah
mempermudah dan memberikan dorongan kegiatan belajar, sehingga guru sebagai
pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas atau kemudahan bagi suatu kegiatan
belajar siswa (subyek belajar).
Apa yang telah dicapai
oleh siswa setelah melakukan krgiatan belajar sering disebut prestasi
belajar.Tentang apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
belajar,ada juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar seperti Nana
Sudjana (1991). Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siwa merujuk
kepada aspek-aspek kognitif,afektif dan psikomotor. Menurut Sudjana
(1991), ketiga aspek diatas tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan,bahkan membentuk hubungan hierarki.[3]Prestasi belajar yang
maksimal tidak akan terwujud tanpa adanya strategi yang memang dipersiapkan
untuk mencapainya. Apalagi dalam persaingan global yang menuntut adanya
kapabilitas, motivasi dan inovasi tinggi[4].
Hal itu diperlukan karena penguasaan teknologi dan informasi menjadi hal yang
mutlak untuk memperkuat kemampuan dan posisi tawar bangsa Indonesia dalam
menghadapi kerjasama maupun persaingan global. Meskipun untuk mengejar
ketertinggalan dengan negara lain masih menjadi harapan, namun setidaknya mampu
membuat bangsa ini tetap bertahan, tidak semakin terpuruk dan rapuh oleh krisis
multidimensional yang sedang dihadapi saat ini. Di Madrasah pada tahab akhir belajar ada 4 evaluasi yaitu UN (Ujian Nasional,UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional),USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasioanal),UM (Ujian Madrasah) dan Ujian Praktek.UAMBN Bahkan seiring perkembangan informasi
dan tekhnologi sekarang semua berbasis komputer yang semuanya merupakan salah satu unsur dalam pendidikan di madrasah yang ditujukan untuk mendongkrak kualitas pendidikan Nasional
sehingga kualitas lulusan (output dan out
came) pendidikan dapat mencapai standar yang lebih tinggi.Yang terjadi dilapangan untuk mata
pelajaran UAMBN seakan terpinggirkan oleh mata pelajaran UN sehingga membuat
pembelajarannya kurang menggairahkan.Idealnya
standar nilai dalam mata
pelajaran UAMBN (Ujian Akhir
Madrasah Berstandar Nasional) benar-benar dapat menjadi cermin bagi prestasi
belajar di madrasah. Namun demikian belum jelas apakah standar
nilai mata pelajaran UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional)
kali ini benar-benar akan mencerminkan kualitas pendidikan siswa atau tidak,
masih sulit untuk menjawabnya secara pasti. Sebab meskipun berangkat dari teori
pendidikan yang sama (yaitu kurikulum 2013) namun
di lapangan terjadi proses aplikasi yang beragam. Ditambah lagi, adanya
kesenjangan mengakses sarana pendidikan secara maksimal antara sekolah yang
berada di kawasan pinggiran dengan sekolah yang berada di pusat perkotaan
merupakan fakta yang sulit dipungkiri. Dengan kata lain masih ada diskriminasi
dalam mekanisme pendidikan yang berujung pada kesenjangan kualitas Pendidikan..
Madrasah adalah
institusi pendidikan paling awal yang mengajarkan nilai-nilai Islam di
Indonesia dan tumbuh serta berkembang jauh sebelum kemerdekaan negeri ini.[5]Madrasah
sebagai salah satu sub sistem dari sistem pendidikan nasional telah menunjukkan
kontribusi yang cukup berarti terhadap
pendidikan di Indonesia.Sedangkan
adanya opini publik yang menyatakan bahwa pencapaian prestasi siswa juga diukur dari
prestasi mata pelajaran UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional),
semakin tinggi prestasi mata pelajaran UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar
Nasional) nya semakin dianggap bagus prestasi madrasah
tersebut. memang hal ini tidak salah. Yang jadi
permasalahan yaitu madrasah tetap harus konsisten pada tujuan institusionalnya,
sementara itu muatan kurikulum pada madrasah amat padat.Tantangan madrasah sangat besar
disamping dituntut berprestasi akademik juga nilai kemadrasahan tidak
boleh pudar dan madrasah harus memberiakan sumbang sihnya terhadap pembangunan
Nasioanal melalui SDM yang mumpuni dan terbebas dari Korupsi.
[1] Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2012), hlm. 49.
[2] Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), hlm. 1.
(Jakarta;PT Rajagravindo Persada,2014) hlm.172
[4] Al-Hamzah, Memecahkan Labirin
Pendidikan Nasional: Upaya Keluar dari Paradigma Involusi (Jurnal Ilmiah
Sketsa, edisi I/LPM/11/2000. LPM Sketsa Universitas Jendral Soedirman,
Purwokerto, 2000), hlm. 270.
[5] M.Nur Kholis Setiawan,Akademisi
dipusaran birokrasi Menata yang terserak,(Yogyakarta;
Kaukaba
Dipantara,2015) hlm.15
0 komentar:
Posting Komentar