Jumat, 16 Maret 2018

madrasah di masa NOW

MADRASAH DI MASA NOW
Pembelajaran merupakan kegiatan inti dan utama dari proses pendidikan karena pembelajaran itu memang yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik, yang manifestasinya berupa perubahan tingkah laku dan pembentukan kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran menjadi masalah pokok dalam kehidupan umat manusia, sebab hampir semua perbuatan dan perkembangan manusia terjadi karena pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses atau ihtiar untuk memperoleh pengetahuan (knowledge), keterampilan hidup (life skill), dan sikap (attitude). Pembelajaran itu sendiri merupakan perbuatan yang disengaja untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Proses belajar-mengajar itu bersifat kompleks,karena didalamnya didaktis-pedagogis pada pihak guru dan kegiatan belajar pada pihak siswa saling berinterkasi.Siswa masuk sekolah untuk belajar dan tenaga pengajar mendampingi serta menuntun siswa dalam mempelajari pelajaran tertentu, melalui suatu proses belajar demi mencapai suatu hasil yang Nampak dalam prestasi belajar siswa.[1] pembelajaran tersebut dihayati oleh masing-masing pribadi peserta didik yang berbeda-beda, di mana ada yang dengan mudah dan cepat mencerna, tetapi ada pula yang mengalami kesukaran dalam prosesnya, yang kesemuanya menjadi penyebab perbedaan prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil yang telah di capai atau sebagai bukti dari usaha yang dapat dicapai seseorang alam belajarnya dan menjadi derajat keberhasilan yang dimiliki oleh setiap pelaku pendidikan, terutama peserta didik di sekolah-sekolah formal.
Keberhasilan prestasi belajar siswa merupakan hasil dari berbagai bentuk interaksi yang disengaja (interaksi edukatif). Interaksi Edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.[2] Oleh karena itu, interaksi edukatif perlu dibedakan dari bentuk interaksi yang lain. Dalam arti yang spesifik  pada bidang pendidikan juga dikenal adanya istilah interaksi belajar mengajar. Sehubungan dengan hal tersebut perlu ditegaskan bahwa prinsip mengajar adalah mempermudah dan memberikan dorongan kegiatan belajar, sehingga guru sebagai pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas atau kemudahan bagi suatu kegiatan belajar siswa (subyek belajar).
Apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan krgiatan belajar sering disebut prestasi belajar.Tentang apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar,ada juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar seperti Nana Sudjana (1991). Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siwa merujuk kepada aspek-aspek kognitif,afektif dan psikomotor. Menurut Sudjana (1991), ketiga aspek diatas tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,bahkan membentuk hubungan hierarki.[3]Prestasi belajar yang maksimal tidak akan terwujud tanpa adanya strategi yang memang dipersiapkan untuk mencapainya. Apalagi dalam persaingan global yang menuntut adanya kapabilitas, motivasi dan inovasi tinggi[4]. Hal itu diperlukan karena penguasaan teknologi dan informasi menjadi hal yang mutlak untuk memperkuat kemampuan dan posisi tawar bangsa Indonesia dalam menghadapi kerjasama maupun persaingan global. Meskipun untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain masih menjadi harapan, namun setidaknya mampu membuat bangsa ini tetap bertahan, tidak semakin terpuruk dan rapuh oleh krisis multidimensional yang sedang dihadapi saat ini. Di Madrasah pada tahab akhir belajar ada 4 evaluasi yaitu UN (Ujian Nasional,UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional),USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasioanal),UM (Ujian Madrasah) dan Ujian Praktek.UAMBN Bahkan seiring perkembangan informasi dan tekhnologi sekarang semua berbasis komputer yang semuanya merupakan salah satu unsur dalam pendidikan di madrasah yang ditujukan untuk mendongkrak kualitas pendidikan Nasional sehingga kualitas lulusan (output dan out came) pendidikan dapat mencapai standar yang lebih tinggi.Yang terjadi dilapangan untuk mata pelajaran UAMBN seakan terpinggirkan oleh mata pelajaran UN sehingga membuat pembelajarannya kurang menggairahkan.Idealnya standar nilai dalam mata pelajaran UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional) benar-benar dapat menjadi cermin bagi prestasi belajar di madrasah. Namun demikian belum jelas apakah standar nilai mata pelajaran UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional) kali ini benar-benar akan mencerminkan kualitas pendidikan siswa atau tidak, masih sulit untuk menjawabnya secara pasti. Sebab meskipun berangkat dari teori pendidikan yang sama (yaitu kurikulum 2013) namun di lapangan terjadi proses aplikasi yang beragam. Ditambah lagi, adanya kesenjangan mengakses sarana pendidikan secara maksimal antara sekolah yang berada di kawasan pinggiran dengan sekolah yang berada di pusat perkotaan merupakan fakta yang sulit dipungkiri. Dengan kata lain masih ada diskriminasi dalam mekanisme pendidikan yang berujung pada kesenjangan kualitas Pendidikan..
Madrasah adalah institusi pendidikan paling awal yang mengajarkan nilai-nilai Islam di Indonesia dan tumbuh serta berkembang jauh sebelum kemerdekaan negeri ini.[5]Madrasah sebagai salah satu sub sistem dari sistem pendidikan nasional telah menunjukkan kontribusi  yang cukup berarti terhadap pendidikan di Indonesia.Sedangkan adanya opini publik yang menyatakan bahwa pencapaian prestasi siswa juga diukur dari prestasi mata pelajaran UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional), semakin tinggi prestasi mata pelajaran UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional) nya semakin dianggap bagus prestasi madrasah tersebut. memang hal ini tidak salah. Yang jadi permasalahan yaitu madrasah tetap harus konsisten pada tujuan institusionalnya, sementara itu muatan kurikulum pada madrasah amat padat.Tantangan madrasah sangat besar disamping dituntut berprestasi akademik juga nilai kemadrasahan tidak boleh pudar dan madrasah harus memberiakan sumbang sihnya terhadap pembangunan Nasioanal melalui SDM yang mumpuni dan terbebas dari Korupsi.





[1] Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran  (Yogyakarta: Media Abadi, 2012), hlm. 49.

[2] Sardiman A. M.,  Interaksi dan Motivasi  Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 1.
            [3] Tohirin,Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (berbasis Intregasi dan Kompetensi),
(Jakarta;PT Rajagravindo Persada,2014) hlm.172

[4] Al-Hamzah, Memecahkan Labirin Pendidikan Nasional: Upaya Keluar dari Paradigma Involusi (Jurnal Ilmiah Sketsa, edisi I/LPM/11/2000. LPM Sketsa Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto, 2000), hlm.  270.

[5] M.Nur Kholis Setiawan,Akademisi dipusaran birokrasi Menata yang terserak,(Yogyakarta;
Kaukaba Dipantara,2015) hlm.15

0 komentar:

Posting Komentar