Rabu, 08 Februari 2017

PEMIKIRAN KH.MUNTAHA AL HAFIZD


STUDI PEMIKIRAN K.H.MUNTAHA AL HAFIDZ





UNSIQ Baru.png



Oleh:
1.      Ahmad Zudin



PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ)
Jawa Tengah di Wonosobo
2016
Bab i
pendahuluan

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki
manusia,oleh sebab itu baik pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan sangat menekankan pada dunia pendidikan,salah satunya adalah NU.NU adalah jam’iyah dinniyah Islamiyah (organisasi keagamaan Islam) yang didirikan disurabaya pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M,berakidah Islam menurut faham Ahlussunnah wal Jama’ah dan menganut salah satu madzhab empat:Hanafi,Maliki,Syafi’I dan Hanbali.[1] Nahdlatul Ulama (NU) tetap merupakan komunitas Islam yang sangat fenomenal dan selalu menarik untuk diamati dan dikaji.Keberadaan sebagai komunitas muslim yang secara budaya sangat mengakar di bumi Nusantara ini dengat kuantitasnya yang diklaim banyak dan memang nyata, dan budaya komunitasnya yang menunjukan watak komunitas tradisional dengan pola hubungan kiai/tokoh-santri/masyarakat yang patron-klien,menjadikan banyak kepentingan politik tingkat negara yang berambisi untuk mendekati dan menggarapnya sebagai komoditas politik.[2]
Sebelum menggambarkan bagaimana karakteristik gerakan nahdlotul Ulama (NU) progresif,perlu terlebih dahulu diketahui bagaimana sosok awal komunitas ini.Basis NU adalah pesantren suatu lembaga pendidikan yang dikelola untuk mengembangkan dan mewariskan ajaran ahlussunah wal jama’ah(aswaja)  dengan penekanan pada metode pendidikan yang tradisional berupa pengulangan dan memorisasi sumber-sumber ajaran agama yang menjadi standarnya. Salah satu sumber literaturnya yang sangat menonjol adalah kitab kuning,yakni buku-buku yang berbahsa arab karya para penulis muslim periode pertengahan.[3] Unsur-unsur pokok yang ada dipesantren adalah:
1.      Aktor atau pelaku :kiai, ustad, santri dan pengurus.
2.      Sarana perangkat keras:masjid,rumah kiai,rumah/asrama ustad,pondok/asrama santri,gedung sekolah/madrasah,tanah untuk berolah raga,pertanian atau peternakan,empang,makam dan sebagainya.
3.      Sarana perangkat lunak:tujuan ,kuirikulum,kitab,penilian,tata tertib,perpustakaan,pusat dokumentasi dan penerangan cara pengajaran(sorogan,bandongan,dan halaqoh ).[4]Pendidikan Islam aka menghadapi tantangan seiring dengan dinamika yang terjadi pada tingkat regional,nasional bahkan internasional.[5]
Banyak ulama-ulama NU yang menjadi pelopor dan hidupnya dihabiskan untuk dunia pendidikan slah satunya adalah K.H.Mutha Al hafidz.K.H.muntaha Al hafidz adalah seorang kiai besar yang semasa hidupnya telah berjasa kepada masyarakat luas,bukan hanya di Wonosobo dan sekitarnya,tetapi juga diseluruh Indonsia.bahkan gagasannya membuat mushaf Al-Qur’an Akbar telah membuat nama PP.Al Asy’ariyah yang dia dirikan menjadi terkenal diseluruh dunia.[6]

B.     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis merumuskan beberapa permasalahan diantaranya:
1.      Bagaimanakah Kehidupan K.H. muntaha Al Hafizd ?
2.      Bagaimanakah pemikiran K.H. muntaha Al Hafizd terhadap pendidikan?

C.    Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui kehidupan K.H. muntaha Al Hafizd.
2.      Untuk mengetahui pemikiran K.H. muntaha Al Hafizd terhadap pendidikan


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kehidupan KH.Muntaha Al Hafizd
1. Biografi KH. Muntaha Al Hafizd.
K.H. muntaha Al Hafizd (yang masyhur dengan panggilan akrab Mbah Mun atau Mbah Muntaha) lahir di kalibeber kecamatan Mojotengah,kabupaten Wonosobo.Tentang kapan tepatnya mbah Mun lahir,ada beberapa sumber dan informasi yang berbeda.pertam,ada yang mengatakan K.H muntaha lahir pada tahun 1908.kedua,ada pula yang menyatakan bahwa K.H muntaha lahir pada tahun 1912.Menurut informasi berdasarkan dokumentasi yang tertera dalam KTP/Paspor dan surat-surat keterangan lainnya,mbah Muntaha lahir pada tanggal 9 juli 1912. Ibunda Kiai Muntaha adalah Nyai Hj.Safinah,sedangkan ayahandanya adalah K.H. Asy’ari.[7]
Sejak kecil hingga menginjak dewasa,kiai muntaha menimba banyak ilmu pengetahuan dari sejumlah kiai pesantren.KH.Muntaha Al Hafizd pertama kali memperoleh pendidikan,tidak lain dari ibunya sendiri yaitu Nyai Hj.Safinah.Disamping memperoleh pendidikan dari ibunya,KH.Muntaha kecil juga memperoleh pelajaran agama Islam dari sang ayah,yaitu KH.Asy’ari.[8]
3.        Pendidikan KH.Muntaha Al Hafizd.
Sema muda,Kiai Muntaha menuntut ilmu di beberapa pesantren.Pesantren tempat kiai Muntaha menuntut ilmu diantaranya adalah:
a.       Madrasah Darul Ma’arif Banjarnegara.
Mula-mula KH.Muntaha memperoleh pengetahuan dasar keagamaan di pesantrennya sendiri,kemudian dikirim oleh ayahnya untuk belajar di madrasah Darul Ma’arif  Banjarnegara. Madrasah Darul Ma’arif  Banjarnegara pada masa itu merupakan lembaga pendidikan islam yang diasuh oleh KH.fadlullah seorang ulama yang berasal dari singapura. Madrasah Darul Ma’arif  Banjarnegara pada masa itu merupakan lembaga pendidikan Islam modern yang memberlakukan system pengajaran secara klasikal.Pengalaman menerima pendidikan di banjarnegara ini kelak mengilhami gerak langkah Kiai Muntaha dalam mendirikan sekolah-sekolah formal di pesantren Kalibeber.Sistem pndidikan yang berlakukan di Darul Ma’arif Banjarnegara sangat berkesan dalam diri Kiai Muntaha sihingga sekolah-sekolah formal formal yang didirikan Kiai Muntaha meniru model atau system pendidikan yang diberlakukan di Darul Ma’arif banjarnegara.[9]
b.        Pesantren Kauman Kaliwungu Kendal.
Selepas memenmpuh pendidikan di Banjarnegara KH.Muntaha melanjutkan pendidikan Tahfizdul Qur’an di pondok pesantren Kauman kaliwungu Kendal kepada KH.Ustman,seorang ulama hafizd Al Qur’an.Dipesantren Kaliwungu inilah KH.Muntaha dapat menyelesaikan hafalan Al Qur’an dalam usia 16 tahun.Pondok pesantren kauman kaliwungu Kendal merupakan pondok pesantren besar diwilayah kabupaten Kendal yang lebih menekankan pendidikan tentang keagamaan lewat pengajian kitab-kitab kuning dan kajian Al Qur’an secara intensif.[10]Sehingga PP Al Asy’ariyah pun system pengajian kitab kuning maupun pendidikan menghafal Al Qur’an banyak mengadopsi metode dari pondok kaliwungu tersebut.[11]
c.     Pesantren Krapyak Yogyakarta
Selepas belajar di pondok pesantren Kaliwungu,KH.Muntaha meneruskan pendidikannya di pondok pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta.Di Krapyak KH.Muntaha mendalami Ulumul Qur’an kepada KH.Munawir.seorang yang dikenal sangat Alim dalam bidang kajian Al Qur’an.
c. Pesantren Tremas (Pacitan Jawa Timur)
Dari pesantern Krapyak KH. Muntaha melanjutkan pendidikannya di Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur.Di Pesantren Tremas KH.Muntaha mendalami ilmu-ilmu agama kepada KH.Dimyati.KH.Dimyati adalah adik kandung dari Syaikh mahfudz at Tirmasi,seorang ulama Indonesia yang sangat terkenal di Mekah. Syaikh mahfudz at Tirmasi sangat terkenal karena banyak menulis karya berbagai kajian agama Islam dalam bahasa Arab dan diterbitkan di Timur Tengah,seperti Minhaju Dzawin Nadhar,syarah Bafadhal,Siraj ath thalibin,dll.KH.Dimyati sebagaimana Syaikh Mahfudz at Tirmasi,adalah ulama ahli hadits.maka sangat mungkin selam di pesantren Tremas Kiai Muntaha mengambil spesialisasi kajian Hadits,disamping kajian ilmu-ilmu lainnya seperti fiqih,ilmu alat dan juga ilmu-ilmu Al Qur’an.KH.Muntaha baru pulang kampung setelah berkelana dari pesantren yang satu ke pesantren lain pada tahun 1950.Setelah pulang kampung,Kiai Muntaha meneruskan kepemimpinan ayahnya dalam mengembangkan Pesantren Al Asy’ariyah di desa kelahirannya,kalibeber,Wonosobo.[12]
B.  Kiprah Pemikiran KH.Muntaha Al Hafidz.
KH.Muntaha Al Hafidz memiliki banyak strategi dan langkah untuk memajukan pesantren yang telah didirikan kakek buyutnya KH.Muntaha I (KH.Muntaha bin Nida Muhamammad).Lewat berbagai ide segar dan inovatif,secara bertahap Pesantren Al Asy’ariyah dikelola dan dikembangkan kiai Muntaha sesuai dengan tuntutan zaman.Setelah menerapkan sejumlah inovasi,Pesantren al Asy’ariyah memang berkembang sangat pesat dimasa kepemimpinan Kiai Muntaha.Para santri berdatangan dari berbagai wilayah.[13]
1.      Ide di Bidang Pendidikan
Pendidikan yang menjadi bidang perjuangan KH.Muntaha terwujud dalam pengembangan sistem pendidikan pesantren dan lembaga pendidikan formal.Keberhasilan perjuangan KH.Muntaha dalam mengembangkan pendidikan pesantren saat ini bisa dilihat pada perkembangan pesat lembaga-lembaga pendidikan yang ada dibawah naungan Yayasan Al Asy’ariyah diantaranya: Taman Kanak-kanak(TK) Hj.Maryam,Madrasah Diniyah Wustho,Madrasah Diniyah’Ulya,Sekolah madrasah Salafiyah Al Asy’ariyah,Tahfidzul Qur’an,SD Takhasus Al Qur’an,SMP Takhasus Al Qur’an,SMA Takhasus Al Qur’an,SMK Takhasus Al Qur’an dan Universitas Sains Al Qur’an(UNSIQ).
2.      Ide di Bidang Dakwah.
Kiai Muntaha juga banyak menetaskan ide-ide untuk pengembangan dakwah Islam.Salah satu idenya adalah pembetukan organisasi Korps Dakwah Santri (KODASA).Korp ini merupakan wadah bagi aktivitas santri pondok Pesantren Al Asy’ariyah dalam mensyiarkan Islam.Adapun aktivitas KODASA meliputi kegiatan pengembangan :
a).   Qira’ah Al Qur’an
b).   Bacaan Shalawat
c). Khitabah dengan menggunakan 4 (empat) bahasa yakni :bahasa Arab,Inggris,Indonesia dan Jawa.
d).   Qasidah dan rebana yang merupakan kesenian bernuansa Islami.
Sementara itu ide lain Kiai Muntaha adalah membentuk yayasan Jam’iyatul Quro wa Dirosatil Islam.Lembaga ini merupakan jam’yah yang berusaha mengembangkan nilai-nilai Al Qur’an ditengah masyarakat luas.[14]
3.      Ide di  Bidang Kesehatan
Ide-ide Kiai Muntaha merambah pada bidang kesehatan,salah satu implementasi dari ide dan pemikirannya dalam bidang kesehatan diwujudkan dengan memparakarsai berdirinya lembega pendidikan Akademi Keperawatan(AKPER).Akper ini sekarang ada di lingkungan Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) dan memiliki nama resmi AKPER UNSIQ.Kiai Muntaha juga berhasil mewujudkan berdirinya poliklinik di lingkungan pesantren Al Asy’ariyah yang diberi nama Poliklinik Hj.Maryam.Kiai Muntaha juga telah merintis dan mendirikan balai kesehatan di Tieng,Kejajar pada tahun1986.Kiai Muntaha juga termasuk salah seorang dari pendiri Rumah sakit Islam (RSI)kabupaten Wonosobo.[15]
4.      Ide di Bidang Penyebaran Nilai-nilai Al Qur’an.
Kecintaan Kiai Muntaha terhadap al Qur’an tidak hanya diwujudkan dengan menghafalkannya di luar kepala saja,melainkan diwujudkan pula olehnya dengan berupaya mensosialisasikan nilai-nilai Al qur’an pada masyarakat luas.Karena kecintaan yang begitu besar terhadap Al Qur’an inilah,banyak ide dan pemikiran yang ia implementasikan untuk penyebaran nilai-nilai ajaran Al Qur’an.Kia Muntaha sendiri pernah membentuk “Tim Sembilan” untuk menyusun tafsir Al Maudhu’I,sebuah tafsir Al Qur’an tematik sesuai dengan tema yang aktual.Kia Muntaha juga tak melupakan pengembangan Al Qur’an dibidang seni.Implementasi dibidang seni terutama seni kaligrafi diwujudkannya dalam gagasan spektakuler berupa penulisan “Mushaf Al Asy’ariyah” (mushaf Al Qur’an Akbar).[16]
5.      Ide Tenang Toleansi.
KH. Muntaha adalah tokoh dan figur pemimpin yang patut untuk menjadi teladan.Sekalipun KH.Muntaha tokoh yang berpegang teguh kepada ajaran NU yaitu Ahli Sunnah wal Jama’ah,akan tetapi Kiai Muntaha memiliki jiwa yang toleran dan tidak fanatik buta.Dengan para tokoh organisasi Muhamadiyah Kiai Muntaha memiliki hubungan yang baik,walau dala hal pengamalan keagamaan berbeda tetapi hubungan social dan silaturahim tetap terjalin dan terjaga dengan baik.Himbauan dan ajakan Kiai Muntaha tersebut bisa diuraikan sebagai berikut :
a). Umat Islam hendaknya tidak memperuncing masalah khilafiyah.
b). Umat Islam atau tokoh-tokohnya hendaknya meninggalkan perbuatan-perbuatan atau ucapan-ucapan yang dapat menyinggung perasaan umat Islam secara luas.[17]



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
K.H. muntaha Al Hafizd (yang masyhur dengan panggilan akrab Mbah Mun atau Mbah Muntaha) lahir di kalibeber kecamatan Mojotengah,kabupaten Wonosobo.Tentang kapan tepatnya mbah Mun lahir,ada beberapa sumber dan informasi yang berbeda.pertam,ada yang mengatakan K.H muntaha lahir pada tahun 1908.kedua,ada pula yang menyatakan bahwa K.H muntaha lahir pada tahun 1912.Menurut informasi berdasarkan dokumentasi yang tertera dalam KTP/Paspor dan surat-surat keterangan lainnya,mbah Muntaha lahir pada tanggal 9 juli 1912. Ibunda Kiai Muntaha adalah Nyai Hj.Safinah,sedangkan ayahandanya adalah K.H. Asy’ari.Pendidikan KH.Muntaha Al Hafizd.Sema muda,Kiai Muntaha menuntut ilmu di beberapa pesantren.Pesantren tempat kiai Muntaha menuntut ilmu diantaranya adalah:
1.Madrasah Darul Ma’arif Banjarnegara.
Mula-mula KH.Muntaha memperoleh pengetahuan dasar keagamaan di pesantrennya sendiri,kemudian dikirim oleh ayahnya untuk belajar di madrasah Darul Ma’arif  Banjarnegara. Madrasah Darul Ma’arif  Banjarnegara pada masa itu merupakan lembaga pendidikan islam yang diasuh oleh KH.fadlullah seorang ulama yang berasal dari singapura.
2. Pesantren Kauman Kaliwungu Kendal.
Selepas memenmpuh pendidikan di Banjarnegara KH.Muntaha melanjutkan pendidikan Tahfizdul Qur’an di pondok pesantren Kauman kaliwungu Kendal kepada KH.Ustman,seorang ulama hafizd Al Qur’an.Dipesantren Kaliwungu inilah KH.Muntaha dapat menyelesaikan hafalan Al Qur’an dalam usia 16 tahun.
3. Pesantren Krapyak Yogyakarta
Selepas belajar di pondok pesantren Kaliwungu,KH.Muntaha meneruskan pendidikannya di pondok pesantren Al Munawir Krapyak Yogyakarta.Di Krapyak KH.Muntaha mendalami Ulumul Qur’an kepada KH.Munawir.seorang yang dikenal sangat Alim dalam bidang kajian Al Qur’an.
4.    Pesantren Tremas (Pacitan Jawa Timur)
Dari pesantern Krapyak KH. Muntaha melanjutkan pendidikannya di Pesantren Tremas Pacitan Jawa Timur.Di Pesantren Tremas KH.Muntaha mendalami ilmu-ilmu agama kepada KH.Dimyati.
KH.Muntaha Al Hafidz memiliki banyak strategi dan langkah untuk memajukan pesantren yang telah didirikan kakek buyutnya KH.Muntaha I (KH.Muntaha bin Nida Muhamammad).Lewat berbagai ide segar dan inovatif,secara bertahap Pesantren Al Asy’ariyah dikelola dan dikembangkan kiai Muntaha sesuai dengan tuntutan zaman.
1. Ide di Bidang Pendidikan
Pendidikan yang menjadi bidang perjuangan KH.Muntaha terwujud dalam pengembangan sistem pendidikan pesantren dan lembaga pendidikan formal.Keberhasilan perjuangan KH.Muntaha dalam mengembangkan pendidikan pesantren saat ini bisa dilihat pada perkembangan pesat lembaga-lembaga pendidikan yang ada dibawah naungan Yayasan Al Asy’ariyah diantaranya: Taman Kanak-kanak(TK) Hj.Maryam,Madrasah Diniyah Wustho,Madrasah Diniyah’Ulya,Sekolah madrasah Salafiyah Al Asy’ariyah,Tahfidzul Qur’an,SD Takhasus Al Qur’an,SMP Takhasus Al Qur’an,SMA Takhasus Al Qur’an,SMK Takhasus Al Qur’an dan Universitas Sains Al Qur’an(UNSIQ).
2.Ide di Bidang Dakwah.
Kiai Muntaha juga banyak menetaskan ide-ide untuk pengembangan dakwah Islam.Salah satu idenya adalah pembetukan organisasi Korps Dakwah Santri (KODASA).Korp ini merupakan wadah bagi aktivitas santri pondok Pesantren Al Asy’ariyah dalam mensyiarkan Islam.Adapun aktivitas KODASA meliputi kegiatan pengembangan :
a).   Qira’ah Al Qur’an
b).   Bacaan Shalawat
c). Khitabah dengan menggunakan 4 (empat) bahasa yakni :bahasa Arab,Inggris,Indonesia dan Jawa.
d). Qasidah dan rebana yang merupakan kesenian bernuansa Islami.
Sementara itu ide lain Kiai Muntaha adalah membentuk yayasan Jam’iyatul Quro wa Dirosatil Islam.Lembaga ini merupakan jam’yah yang berusaha mengembangkan nilai-nilai Al Qur’an ditengah masyarakat luas.[18]
3.    Ide di  Bidang Kesehatan
Ide-ide Kiai Muntaha merambah pada bidang kesehatan,salah satu implementasi dari ide dan pemikirannya dalam bidang kesehatan diwujudkan dengan memparakarsai berdirinya lembega pendidikan Akademi Keperawatan(AKPER).Akper ini sekarang ada di lingkungan Universitas Sains Al Qur’an (UNSIQ) dan memiliki nama resmi AKPER UNSIQ.Kiai Muntaha juga berhasil mewujudkan berdirinya poliklinik di lingkungan pesantren Al Asy’ariyah yang diberi nama Poliklinik Hj.Maryam.Kiai Muntaha juga telah merintis dan mendirikan balai kesehatan di Tieng,Kejajar pada tahun1986.Kiai Muntaha juga termasuk salah seorang dari pendiri Rumah sakit Islam (RSI)kabupaten Wonosobo.
4.    Ide di Bidang Penyebaran Nilai-nilai Al Qur’an.
Kecintaan Kiai Muntaha terhadap al Qur’an tidak hanya diwujudkan dengan menghafalkannya di luar kepala saja,melainkan diwujudkan pula olehnya dengan berupaya mensosialisasikan nilai-nilai Al qur’an pada masyarakat luas.
 5.Ide Tenang Toleansi.
KH. Muntaha adalah tokoh dan figur pemimpin yang patut untuk menjadi teladan.Sekalipun KH.Muntaha tokoh yang berpegang teguh kepada ajaran NU yaitu Ahli Sunnah wal Jama’ah,akan tetapi Kiai Muntaha memiliki jiwa yang toleran dan tidak fanatik buta.Himbauan dan ajakan Kiai Muntaha tersebut bisa diuraikan sebagai berikut :
a). Umat Islam hendaknya tidak memperuncing masalah khilafiyah.
b). Umat Islam atau tokoh-tokohnya hendaknya meninggalkan perbuatan-perbuatan atau ucapan-ucapan yang dapat menyinggung perasaan umat Islam secara luas.[19]



DAFTAR PUSTAKA
1.Ahmad Zahro,Tradisi Intlektual NU,(Yogyakarta:LKiS Yogyakarta,2004),
2.Laode Ida,NU MUDA:kaum progresif dan sekularisme baru,(Jakarta:Erlangga,2004)
3.M.Nur Kholis Setiawan,Menata Yang terserak,(Yogyakarta:Kaukaba Dipantara,2015)
4.Samsul Munir, K.H.Muntaha Al Hafizd Pecinta Al qur’an sepanjang hayat, ( Yogyakarta:pustaka pesantren kelompok penerbit LKiS,2010)



[1] Ahmad Zahro,Tradisi Intlektual NU,(Yogyakarta:LKiS Yogyakarta,2004),hal 16
[2] Laode Ida,NU MUDA:kaum progresif dan sekularisme baru,(Jakarta:Erlangga,2004) hal x
[3] Ibid hal 1
[4] Ahmad Zahro,Tradisi Intlektual NU,(Yogyakarta:LKiS Yogyakarta,2004),hal 26-27
[5] M.Nur Kholis Setiawan,Menata Yang terserak,(Yogyakarta:Kaukaba Dipantara,2015) hal21
[6] Samsul Munir, K.H.Muntaha Al Hafizd Pecinta Al qur’an sepanjang hayat, ( Yogyakarta:pustaka pesantren kelompok penerbit LKiS,2010) hal xv
[7] Samsul Munir, K.H.Muntaha Al Hafizd Pecinta Al qur’an sepanjang hayat, ( Yogyakarta:pustaka pesantren kelompok penerbit LKiS,2010) hal 27-28

[8] Ibid hal 37
[9] Ibid hal 40-41
[10] Ibid hal 41
[11] Ibid hal 42
[12] Ibid hal 42-43
[13] Ibid hal 89-90
[14] Ibid hal 90-93
[15] Ibid hal 93-94
[16] Ibid hal 94-94
[17] Ibid 96-98
[18] Ibid hal 90-93
[19] Ibid 96-98

0 komentar:

Posting Komentar