Rabu, 08 Februari 2017

ASBABUN NUZUL AL QUR’AN

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SAINS ALQUR’AN




Copy (2) of logo unsiq
 







MAKALAH


 ASBABUN NUZUL AL QUR’AN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Study Qur’an yang diampu oleh:
Dr.Fadlolan Musyafa Lc,MA


Disusun oleh:
Achmad Zudin,S.Ag
NIM: 

2015


 ASBABUN NUZUL AL QUR’AN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur'an adalah merupakan kitab suci bagi umat Islam,Al Qur’an memiliki dua pengertian yaitu pengertian menurut bahasa dan pengertian menurut istilah.Pengertian Al Qur’an menurut bahasa ialah: Bacaan atau yang dibaca berasal dari kata  ( قراء – يقراء – قرانا  ) adalah masdar yang diartikan kata maqru’( مقروء ) artinya;yang dibaca[1].Para ahli berbeda pendapat tentang pengertian tersebut diatas, ada yang berpendapat bahwa kata “Al Qur’an” bukan berasal dari kata apapun,melainkan kata/nama khusus bagi kalamullah yang diturunkan kepada rasul terakhir Muhamad SAW.jika dibaca “Qur’an” (tanpa kata “al”),memang berarti nama bagi segala yang dibaca.Sedangkan “Al-Qur’an” hanya menunjuk kepada nama kitab suci terakhir yang diturunkan Allah kepada rasul Muhamad SAW tersebut.[2]sedangkan pengertian Al Qur’an menurut istilah adalah:
هو كلام الله المعجز المنزّل على خاتم الانبائ والمرسلين بواسطة الامين جبريل عليه السّلام المكتوب فى المصا حف المنقول الينا باتواتر امتعبّد بتلاوته المبدوء بسورة الفاتحة امختتم بسورة الناس
Kalamullah (Firman Allah SWT ) yang mengandung  mu’jizat yang diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir, dengan perantaraan Al-Amin  Jibril a.s yang tertulis dalam mushaf ,yang disampaikan kepada kita secara muttawatir yang dianggap sebagai ibadah bagi membacanya, yang dimulai dengan surat Al Fatihah dan ditutup surat An Nas[3]. Al Qur’an juga merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al Qur`an juga menjadi penjelasan (bayyinaat), dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut.
Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Qur’an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayat secara global, sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan beberapa makna. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman. maka salah satunya adalah  melalui pengkajian intensif  melalui ilmu yang membahas tentang : sebab-sebab turunnya Al Qur’an (asbabin nuzul) dan ilmu tawarikhin nuzul[4].Ayat-ayat Al Qur’an yang Allah turunkan juga memerlukan sebab turunya.Orang yang hendak memahami kesusastraan Arab harus mengetahui sebab-sebab yang mendorong seorang penyair untuk mengubah syairnya dan suasana ketika syair-syair itu diucapkan.Mengetahui suasanan dan keadaan itu,menolong kita untuk memahami dan merasakan saripati dari syair-syair itu.Demikian pula dengan halnya dengan ayat-ayat dan surat-surat yang menghendaki sebab turunnya.Dia merupakan pembantu kita yang sangat baik dalam menetapkan takwil yang lebih tepat dan tafsir yang lebih benar bagi ayat-ayat itu.[5]Akan tetapi walaupun kita telah mengetahui sebab nuzulnya ayat namun kita masih memerlukan sesuatu yang lain,karena sebab-sebab yang diterangkan oleh ahli sejarah kadang-kadang tidak benar.[6]Al Qur’an Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat.Salah satu diantaranya adalah bahwa ia adalah merupakan  kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah,dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (9)
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah Pemeliharanya (al Hijr ayat 9)[7]
Dengan jaminan ayat diatas,setiap muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-Qur’an tidak berbeda sedikitpun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rosulullah SAW,dan yangh didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi SAW[8].Tetapi,dapatkah kepercayaan itu didukung oleh bukti-bukti lain? dan,dapatkah bukti-bukti itu meyakinkan manusia,termasuk mereka yang tidak percaya akan jaminan Allah diatas? tanpa ragu kita mengiyakan pertanyaan diatas,karena seperti yang ditulis oleh almarhum Abdul Halim Mahmud,mantan syeikh Al-Azhar: “Para orientalis yang dari saat ke saat berusaha menunjukan kelemahan Al-Qur’an ,tidak mendapatkan celah untuk meragukan keotentikannya.”[9]Hal ini disebabkan oleh bukti-bukti kesejarahan termasuk asbabun nuzul yang mengantarkan mereka pada kesimpulan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pada makalah ini dapat merumuskan Rumusan Masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian ilmu asbabin nuzul?
2. Apa pengertian ilmu tawarikhin nuzul?
3. Bagaimana manfaat ilmu asbabin nuzul dan tawarikhin nuzul dalam memahami Al Qur’an?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, maka Tujuan Pembahasan yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian ilmu asbabin nuzul.
2. Mengetahui dan memahami ilmu yawarikhin nuzul.
3. Dapat mengetahui dan memahami manfaat dari ilmu asbabin nuzul dan tawarikhin nuzul.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ilmu asbabin nuzul.
Dilihat dari segi bahasa, kata Nuzul  berarti turunnya sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, seperti kalimat “ Nazala fulanu minal jibali”  ( seseorang turun dari atas gunung”).Bentuk tansirifnya yaitu” nazala ”  berarti menggerakkan sesuatu dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, seperti kalimat “Anzala minas samai” ( Allah menurunkan air dari langit )
Disamping itu, kata nuzul juga terkadang digunakan untuk maksud diam disuatu tempat atau daerah tertentu, seperti kalimat “ Nazalal amiru bil madinati anzala” ( penguasa itu berada atau bertempat tinggal di suatu kota).seperti yang digunakan Al-Quran dalam Surah Al-Mu’minun ayat ke 29 yang berbunyi :
وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلًا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ (29)
Artinya : dan berdoalah Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat".( Al-Mu’minun: 29)

Penggunaan kata al inzal atau tanzil untuk mengungkapkan turun dan diturunkannya aya-ayat A-Qur’an, menurut Abdul Al-Maani dan Ahmad Al-Ghundur, karena Al-Quran itu diturunkan dari yang Maha Tinggi, dan selain Allah adalah rendah, dan menurutnya pula, bisa juga dilatarbelakangi oleh proses turunya wahyu yang dibawa oleh malaikat Jibril dari arah langit yang tinggi[10].sedangkan pengertian Ilmu asbabin nuzul adalah ilmu yang mempelajari latar belakang atau sebab-sebab sesuatu atau beberapa ayat diturunkan.
ما نزلت الاية او الايا ت بسببه[11]
مانزلت الاية اوالايات بسببه متضمّة له اومجيّة عنه اومبيّنة لحكمه زمن وقوعه
 “Sesuatu yang dengan sebabnyalah turun sesuatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu,atau memberi jawaban tentang sebab itu atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya peristiwa itu.[12]Menanamkan sebab turunnya ayat dengan kisah nuzulnya ayat sesungguhnya mengisyaratkan kepada dzauq (perasaan) yang tinggi.[13]Kita semua sudah tahu bahwa para sahabat nabi telah member perhatian yang sangat tinggi terhadap Al Qur’an dengan menghafalkannya dan menulisnya dengan baik.Akan tetapi karena Al Qur’an turun kepada nabi disetiap saat sesudah terjadi sesuatu kejadian atau beberapa kejadian maka para sahabat tidak mungkin menyaksikan sendiri sebab-sebab turunnya ayat.[14] Mengetahui sebab-sebab turunnya ayat Al Qur’an sangat penting sebagaimana pendapat Al-wahidy (wafat tahun 427 H):
لايمكن معر فة تفسير الاية دون الوقوف على قصّتها وبيان نزولها 
Tidaklah mungkin kita mengetahui tafsir ayat tanpa mengetahui kisahnya dan sebab turunnya. Dan Ibnu Timiyah(wafat tahun 726 H) berkata :
معرفة سبب النزول تعين على فهم الاية فان العلم باسبب يورث العلم بمسبّب
Mengetahui sebab nuzul membantu kita untuk memahami ayat,karena sesungguhnya mengetahui sebab menghasilkan pengetahuan tentang yang disebabkan(akibat)”.[15] Untuk menafsirkan qur’an ilmu asbabun nuzul sangat diperlukan sekali, sehingga ada pihak yang mengkhususkan diri dalam pembahasan dalam bidang ini, yaitu yang terkenal diantaranya ialah Ali bin madani, guru bukhari, al-wahidi , al-ja’bar , yang meringkaskan kitab al-wahidi dengan menghilangkan isnad-isnadnya, tanpa menambahkan sesuatu, syikhul islam ibn hajar yang mengarang satu kitab mengenai asbabun nuzul.

Pedoman dasar para ulama’ dalam mengetahui asbabun nuzul ialah riwayat shahih yang berasal dari rasulullah atau dari sahabat. Itu disebabkan pembaritahuan seorang sahabat mengenai asbabun nuzul, al-wahidi mengatakan: “ tidak halal berpendapat mengenai asbabun nuzul kitab, kecuali dengan berdasarkan pada riwayat atau mendengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan turunnya. Mengetahui sebab-sebabnya dan membahas tentang pengertian secara bersungguh-sungguh  dalam  mencarinya.Para ulama’ salaf terdahulu untuk mengemukakan sesuatu mengenai asbabun nuzul mereka amat berhati-hati, tanpa memiliki pengetahuan yang jelas mereka tidak berani untuk menafsirkan suatu ayat yang telah diturunkan. Muhammad bin sirin mengatakan: ketika aku tanyakan kepada ‘ubaidah mengetahui satu ayat al-Qur’an, dijawab: bertaqwalah kapada allah dan berkatalah yang benar. Orang-oarang yang mengetahui mengenai apa al-Qur’an itu diturunkan telah meninggal[16].
Perlunya mengetahui asbabun nuzul, al-wahidi berkata:” tidak mungkin kita mengetahui penafsiran ayat al-qur’an tanpa mangetahui kisahnya dan sebab turunnya ayat adalah jalan yang kuat dalam memahami makna al-qur’an”. Ibnu taimiyah berkata: mengetahui sebab turun ayat membantu untuk memahami ayat al-Qur’an. Sebab pengetahuan tentang “sebab” akan membawa kepada pengetahuan tentang yang disebabkan (akibat).Namum sebagaimana telah diterangkan sebelumnya tidak semua al-Qur’an harus mempunyai sebab turun, ayat-ayat yang mempunyai sebab turun juga tidak semuanya harus diketahui sehingga, tanpa mengetahuinya ayat tersebut bisa dipahami, ahmad adil kamal menjelaskan bahwa turunnya ayat-ayat al-qur’an melalui tiga cara:
1. Pertama ayat-ayat turun sebagai reaksi terhadap pertanyaan yang dikemukakan kepada nabi.
2. Kedua ayat-ayat turun sebagai permulaan tanpa didahului oleh peristiwa atau pertanyaan.
3.Ketiga ayat-ayat yang mempunyai sebab turun itu terbagi menjadi dua kelmpok:
a.Ayat-ayat yang sebab turunnya harus diketahui ( hukum ) karena asbabun nuzulnya harus diketahui agar penetapan hukumnya tidak menjadi keliru.
b.Ayat-ayat yang sebab turunnya tidak harus diketahui, ( ayat yang menyangkut kisah dalam al-qur’an)[17].
Kebanyakan ayat-ayat kisah turun tanpa sebab yang khusus, namun ini tidak benar bahwa semua ayat-ayat kisah tidak perlu mengetahui sebab turunnya, bagaimanpun sebagian kisah al-qur’an tidak dapat dipahami tanpa pengetahuan tentang sebab turunnya.Sehingga dengan mempelajari ilmu asbabin nuzul kita mempunyai kepentingan-kepentingan :
1.Agar mengetahui tafsir ayat.
2. Agar memiliki penolong dalam memahami ayat Al Qur’an
3.Agar terhindar dari kesalah pahaman.
4. Agar mengetahui segi hukmah yang mendorong penetapan hukum.
5. Agar dapat menghilangkan kemusykilan maksud ayat.
B. Ilmu Tawarikhin Nuzul
Ilmu Tawarikhin Nuzul ialah ilmu yang menjelaskan masa dan tertib turunnya ayat Al-Qur’an satu demi satu dari awal sampai akhir.Termasuk didalamnya ayat yang pertama dan terakhir turun,ayat yang turun berulang-ulang,yang turun sekaligus dan yang bercerai berai,yang pernah diturunkan kepada nabi terdahulu dan yang belum pernah diturunkan.[18]Sehingga dengan mempelajari ilmu tarawikhin nuzul kita mempunyai kepentingan-kepentingan :
1. Agar dapat mengetahui marhalah-marhalah da’wah Islamiyah secara rinci.
2. Agar dapat mengetahui asas tasyri’iyah.
3. Agar dapat menolak syubhat yang dilancarkan oleh kaum sekularis dan orientalis yang berusaha mengacaukan keimanan umat Islam terhadap Al-Qur’an.[19]







BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pengertian Al Qur’an menurut bahasa ialah: Bacaan atau yang dibaca berasal dari kata  ( قراء – يقراء – قرانا  ) adalah masdar yang diartikan kata maqru’( مقروء ) artinya;yang dibaca,sedangkan pengertian menurut istilah adalah ” Kalamullah (Firman Allah SWT ) yang mengandung  mu’jizat yang diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir, dengan perantaraan Al-Amin  Jibril a.s yang tertulis dalam mushaf ,yang disampaikan kepada kita secara muttawatir yang dianggap sebagai ibadah bagi membacanya, yang dimulai dengan surat Al Fatihah dan ditutup surat An Nas” Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayat secara global, sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan beberapa makna. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman. maka salah satunya adalah  melalui pengkajian intensif  melalui ilmu yang membahas tentang : sebab-sebab turunnya Al Qur’an (asbabin nuzul) dan ilmu tawarikhin nuzul, Akan tetapi walaupun kita telah mengetahui sebab nuzulnya ayat namun kita masih memerlukan sesuatu yang lain,karena sebab-sebab yang diterangkan oleh ahli sejarah kadang-kadang tidak benar. Al Qur’an Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat.Salah satu diantaranya adalah bahwa ia adalah merupakan  kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah,dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara. Dilihat dari segi bahasa, kata Nuzul  berarti turunnya sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, seperti kalimat “ Nazala fulanu minal jibali”  ( seseorang turun dari ayas gunung”).Bentuk tansirifnya yaitu” nazala ”  berarti menggerakkan sesuatu dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah, seperti kalimat “Anzala minas sama i” ( Allah menurunkan air dari langit )
Disamping itu, kata nuzul juga terkadang digunakan untuk maksud diam disuatu tempat atau daerah tertentu, seperti kalimat “ Nazalal amiru bil madinati anzala” ( penguasa itu berada atau bertempat tinggal di suatu kota).seperti yang digunakan Al-Quran dalam Surah Al-Mu’minun ayat ke 29 yang berbunyi :
وَقُلْ رَبِّ أَنْزِلْنِي مُنْزَلًا مُبَارَكًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِينَ (29)
Artinya : dan berdoalah Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah Sebaik-baik yang memberi tempat".( Al-Mu’minun: 29)
Ilmu asbabin nuzul adalah ilmu yang mempelajari latar belakang atau sebab-sebab sesuatu atau beberapa ayat diturunkan.Dengan mempelajari ilmu asbabin nuzul maka kita akan :
1.Dapat mengetahui tafsir ayat.
2. Memiliki penolong dalam memahami ayat Al Qur’an
3.Terhindar dari kesalah pahaman.
4. Dapat mengetahui segi hikmah yang mendorong penetapan hukum.
5.Dapat menghilangkan kemusykilan maksud ayat.
Ilmu Tawarikhin Nuzul ialah ilmu yang menjelaskan masa dan tertib turunnya ayat Al-Qur’an satu demi satu dari awal sampai akhir.Termasuk didalamnya ayat yang pertama dan terakhir turun,ayat yang turun berulang-ulang,yang turun sekaligus dan yang bercerai berai,yang pernah diturunkan kepada nabi terdahulu dan yang belum pernah diturunkan.Dengan mempelajari ilmu tawarikhin nuzul maka kita :
1. Dapat mengetahui marhalah-marhalah da’wah Islamiyah secara rinci.
2. Dapat mengetahui asas tasyri’iyah.
3. Dapat menolak syubhat yang dilancarkan oleh kaum sekularis dan orientalis yang berusaha mengacaukan keimanan umat Islam terhadap Al-Qur’an
B.Saran-Saran
Marilah kita curahkan akal pikiran kita untuk senantiasa menggali dan mengkaji Al Qur’an guna memberikan sumbang sih terhadap peradaban,sehingga akan menuju kepada peradaban yang sesuai dengan ajaran agama Islam yang akan memberikan Rahmat kepada seluruh alam,amin.
Daftar Pustaka
1.M.Quraish Shihab,membumikan Al Qur’an(fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat( Bandung,Mizan Pustaka 1994)
2. Muchotob Hamzah,Studi Al Qur’an Komprehensip (Wonosobo LPM3 UNSIQ,Yogyakarta,Gama Media )
3. Teungku Muhammad hasbi ash-Shiddieqy,Ilmu-ilmu Al Qur’an(Ulumul Qur’a,)membahas ilmu-ilmu pokok dalam menafsirkan Alqur’an(Semarang,Pustaka Rizki Putra) 2009
4. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Pustaka Agung Harapan, Surabaya ,2006.
5.Rosyada, Dede, Al-Quran Hadis, Dirjen Bimbaga Islam, Jakarta, 1998.
6. As-Suyuti, Jalaluddin,  Lubabun Nukul Fi Asbabun Nuzul Darul Ihya Indonesia , Rembang,   
     tanpa tahun.
7. Syadali, Drs.H.Ahmad, Rofi’i, Drs.H.Ahmad, Ulumul Quran I, CV.Pustaka Setia, Bandung, 1997.
9.  Abdul Wahid, Ramli.1994.ulumul qur’an.Jakarta:Rajawali
10.Al-khattan, Manna’ khalil.2001.Studi ilmu-ilmu qur’an.Bogor:PT. Pustaka litera antar nusa
11.Syadali, Ahmad.1997.Ulumul qur’an I.Bandung:CV. Pustaka Setia
12.Thamrin, Husni.1982.Muhimmah ulumul qur’an.Semarang:Bumi Aksara
13.Zuhdi, Masfuk.1993.Pengantar ulumul qur’an.
Surabaya:Bina Ilmu
14.http://www.sarjanaku.com/2009/12/makalah-asbabun-nuzul.html





[1] Toyib S,Nazwar Ismail,Abd.Wadud,buku pelajaran Qur’an Hadits untuk Mts kelas 2(Jakarta,Departemen Agama RI,direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam)hlm 1
[2] Ibid hlm 1-2
[3] Ibid hlm 2
[4] Muchotob Hamzah,Studi Al-Quran Komprehensif (Wonosobo,Yogyakarta,LP3M UNSIQ,Gama Media)hlm 79 dan86
[5] Teungku Muhamad Hasbi ash-Shiddieqy,Ilmu-ilmu Al Qur’an(Ulum al Qur’an) (Semarang,PT Pustaka Rizki Putra) hlm 13
[6] Ibid hlm 14
[7] M.Quraish Shihab,Membumikan Al-Qur’an:fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat (Bandung,Mizan Pustaka 1994) hlm 21
[8] Ibid hlmn 21
[9] “Abdul Halim Mahmud,Al-Tafsir Al-Falsafiy fi Al-Islam,Dar Al-Kitab Al-Lubnaniy(Beirut,t.t)hlm50
[10] http://serbamakalah.blogspot.com/2013/04/asbabun-nuzul.html
[11] Muchotob Hamzah,Studi Al-Quran Komprehensif (Wonosobo,Yogyakarta,LP3M UNSIQ,Gama Media)hlm 79
[12] Teungku Muhamad Hasbi ash-Shiddieqy,Ilmu-ilmu Al Qur’an(Ulum al Qur’an) (Semarang,PT Pustaka Rizki Putra) hlm 18
[13] Teungku Muhamad Hasbi ash-Shiddieqy,Ilmu-ilmu Al Qur’an(Ulum al Qur’an) (Semarang,PT Pustaka Rizki Putra) hlm 14
[14] Ibid hlm 19
[15] Teungku Muhamad Hasbi ash-Shiddieqy,Ilmu-ilmu Al Qur’an(Ulum al Qur’an) (Semarang,PT Pustaka Rizki Putra) hlm 14-15
[16] http://www.sarjanaku.com/2009/12/makalah-asbabun-nuzul.html

[17] http://www.sarjanaku.com/2009/12/makalah-asbabun-nuzul.html
[18] Muchotob Hamzah,Studi Al-Quran Komprehensif (Wonosobo ,Yogyakarta,LP3M UNSIQ Gama Media)hlm 86
[19] Ibid hlm 86

0 komentar:

Posting Komentar